Sabtu, 08 Desember 2007

PSSI Butuh Pemimpin Baru?

Dimuat di Media Indonesia, Oktober 2007
Oleh: Vivit Nur Arista Putra
Ibarat kapal yang ditinggalkan nahkodanya, niscaya kapal itu tak dapat melaju dengan sempurna. Untaian kata di muka tampaknya klop dengan kondisi PSSI yang ditinggal “pergi” Nurdin Halid paling tidak dalam jangka waktu dua tahun ke depan lantaran terseret kasus penggelapan duit pendistribusian minyak goreng yang memaksanya harus mendekam di LP Cipinang. Fakta pahit ini membuat jajaran organisasi sepakbola nasional ramai membicarakan siapa yang layak menduduki singgasana PSSI ke depan. Meskipun untuk sementara, secara otomatis akan diisi oleh Nirwan Dermawan Bakrie selaku Wakil Ketua Umum merangkap menjadi pelaksana tugas Ketua Umum.

Akan tetapi, dengan berhalangan tetapnya si tokoh Bone itu karena tak bisa menandatangani surat , memimpin rapat serta berhubungan dengan pihak luar, mau tak mau lembaga ini butuh sosok pemimpin pengganti yang bisa menjadi panutan, fokus, dan mempunyai komitmen yang besar untuk melaksanakan program kerjanya ke depan guna mengangkat PSSI dari masa kelam dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk memperbaiki citra dan muka PSSI di mata AFC dan FIFA serta mempertimbangkan ketua umum PSSI tidak bisa melaksanakan tugasnya selama lebih dari enam bulan lebih karena dipenjara, keputusan tepat yang perlu diambil segera oleh PSSI dan Executive Committee (Exco) adalah secepatnya memecat Nurdin Halid. Jika lama menanti surat pengunduran Nurdin, segala agenda PSSI mulai dari Pelatnas Timnas U-16 hingga senior sampai urusan kompetisi akan terkatung-katung dan menggantung. 

Kita seharusnya malu jika PSSI dipimpin oleh terpidana, bahkan mantan Sekjen AFC David Vellapan pun mengatakan PSSI seperti ayam kehilangan induknya. Untuk itu perlu diselenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) sebagaimana terteta dalam AD/ART tahun 1999 untuk menentukan siapa pemimpin anyar yang akan membawa lembaga sebakbola tertua ini ke depan. Atau, menyerahkan sepenuhnya kepada tiga belas anggota Exco. Pelbagai calon pun telah direkomendasikan, seperti Nirwan Bakrie (pengusaha), Arifin Panigoro (pengusaha), Erwin Sudjono (Kasum TNI) hingga tak ketinggalan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Hatta Rajasa.
Dari beberapa bakal calon yang diapungkan diatas tadi, PSSI harus lebih tepat lagi dalam memilih dan memilah. Kriteria-kriteria pemimpin baru ini pun harus lebih dipertimbangkan lagi dengan matang. Sebagai lembaga tertinggi sepakbola nasional, para insan bola tentunya menginginkan ketua yang tahu tentang bola dan basic-nya pun dari bidang olahraga. Bukan politisi, pengusaha maupun saudagar, bahkan TNI yang hanya menang duit dan punya sekutu orang dalam yang kemudian menjadikan pekerjaan ini sebagai profesi sambilan. Imbasnya, para pemimpin itu cuma dapat berpikir cetek atau dangkal. Dengan memanfaatkan pos yang didudukinya dengan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. 

Tanpa berpikir panjang ke depan demi kemaslahatan dan kemajuan organisasi. Walaupun calon pengganti adalah orang-orang yang gila bola tetapi dilihat dari gawean-nya sehari-hari, mereka jelas super sibuk. Apalagi didobel menjabat sebagai Ketua PSSI jelas ini akan membuat konsentrasi dan fokus kerja terbelah. Kesadaran pribadi akan pekerjaan tampaknya perlu diingatkan, dan pelbagai profesi sambilan pun perlu ditiadakan. Karena ini menyangkut perbaikan masa depan PSSI khususnya dan kemajuan sepakbola nasional umumnya.

Vivit Nur Arista Putra
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Tidak ada komentar: