Senin, 18 Februari 2008

Menaklukan Merapi (Sebuah Puisi)

Anak Kaki

Kantuk yang memberat

Dingin yang menyengat

Dan letih yang menyayat

Bertumpu pada satu raga

Namun, rasa itu tak mengurungkan

tekad untuk mendaki

Mengayunkan jejak kaki di kaki Merapi

Menancapkan prasasti sejarah

di gunung penuh misteri

Jalan berkelok menjulang tinggi

Kudayung dan kususuri

dengan kayu di setiap tepi

Gemuruh angin malam melantun lantang

Seakan menguji tegarnya rimbunan pohon

Dan menggoyah jalinan kaki

yang mulai pengkor ini

Anak kaki terus melaju

Meski sedikit dipaksa majikannya

Jika ia mampu berkata

“Tak rasakah kau pegalnya ototku ini” begitu umpatnya

Dan akupun akan menampiknya

“Tak usalah risau, aku lebih berasa”

Budak kaki terus melaju

Tak ada iba dan jeda

Selama pikiran raja

belum berhenti menghentikannya

Lereng Merapi,

Di sekerumun pohon, melambai semilir angin sepoi


Vivit Nur Arista Putra

16 Febuari 2008 09.00

Tidak ada komentar: