Senin, 05 Juli 2010

ISL Perlu dipromosikan

Dimuat di Harian Jogja, 17 Desember 2009
Oleh: Vivit Nur Arista Putra


 Dua tahun sudah Indonesian Super League (ISL) hajatan akbar sepak bola Indonesia digelar. Berbagai perbaikan dilakukan PSSI untuk membangun kemandirian dan profosionalitas klub sepak bola tanah air. Mulai dari pembentukan badan hukum yang membuat klub harus mandiri secara financial dan melepas ketergantungan APBD, Infrastruktur sesuai standar internasional, sertifikasi pelatih berlisensi A, dan pembinaan tunas muda setiap klub untuk menyiapkan selapis generasi ke depan. 

Akan tetapi, ada yang menarik dari aturan baru PSSI hasil adopsi kode etik AFC, mengenai transfer atau kepemilikan pemain asia setara dengan pemain domestik ditambah satu pemain dapat dimainkan di Liga Champions Asia (LCA). Regulasi baru ini membuat kebijakan masing-masing klub gencar memburu pemain benua asia. Tak heran negeri yang dianggap sepak bolanya lebih maju ketimbang kita seperti Iran, Jepang, dan negari jiran ASEAN menjadi targetan. Walhasil kuartet Singapura seperti Nor Syah Alam, Riduan (Arema), Mustafic Fachrudin, Bhaihaki Khaizan (Persija), Amir Syah Reza (Persiba) kini merumput di Indonesia. Sebelumnya sudah ada Phaitoon Thiabna (Persijap) dan Roby Gaspar (Persema) yang berlaga di ISL. Tentu, datangnya mereka kita harapkan mengangkat kualitas sepak bola nasional. Serta menarik perhatian kuli berita Internasional. Macthday pembuka Arema kontra Persija kabarnya diliput empat wartawan negeri Singa. Secara tidak langsung sorotan wartawan ini dapat mengenalkan dan mempromosikan ISL pada khalayak manca. 

 Jika penulis cermati, sebenarnya daya tarik ISL bukan terletak pada regulasi baru PSSI yang berdampak maraknya pemain Asia eksodus ke nusantara. Akan tetapi, antusiasme dan fanatisme penonton yang memadati stadion setiap pertandingan membuat pemain asing tertantang dan merasa “dihargai” berlaga di ISL. Hal ini tak banyak ditemui di kompetisi sepak bola Asia lainnya. Nilai plus lainnya ialah hampir meratanya kualitas pemain membuat sulitnya memprediksi kampium liga super, hal ini memberikan peluang klub tetap sama besar mencapai tangga juara. Secara psikologis perihal ini akan berpengaruh bagi pemain yang merumput di ISL. Kendati secara nonteknis aturan PSSI, seperti transfer pemain dan ketegasan pemberian sanksi oleh PSSI masih perlu dibenahi. Berpijak dari pemikiran di muka, agar pemain bintang Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika latin tertarik menjajal kompetisi kita, ISL perlu dipromosikan. Kiatnya, PSSI dapat menghelat turnamen pramusim dengan mengundang klub asing. Selain menambah pengalaman bertanding, turnamen tersebut dapat mengangkat daya tawar klub ISL pada kontestan lain. Thailand dan negeri Asia timur lainnya sudah mempraktikkannya dengan mengundang klub Inggis. 

Kedua, perekrutan pelatih ternama akan mempermudah transfer pemain bintang untuk masuk. Kesemuanya dapat mudah dilakukan jika PSSI serius mengelola kompetisi secara profesional, dengan mereformasi regulasi dan aspek teknis lainnya yang masih berlubang. Penulis hanya bisa berharap, hendaknya setiap perhelatan ISL menjadi pelajaran perbaikan demi kemajuan sepak bola kita. Bravo sepak Indonesia. 

Vivit Nur Arista Putra 
Mahasiswa UNY

Tidak ada komentar: