Senin, 05 Juli 2010

Syifaul Qulub (Obat Hati)

Ramadhan tahun ini saya mengikuti kajian seputar syifaul qulub atau obat hati. Saat itu Ustad Sholihun bertindak sebagai pemateri. Sebagai tanggung jawab dakwah, akan saya bagikan sejuput wawasan yang penulis peroleh. Berkisar tentang hati sebagai salah satu istrumen penting manusia yang menjadikan mula segala asal muara tindakan manusia, selain akal. Ajaran Rasulllah pun ketika pertama kali mensyiarkan dakwah Islam adalah menyentuh hati dengan tauhid. Tempat bersemayam keyakinan. Hal itu dilakukan selama 13 tahun dakwah Islam di Makkah.

Sepanjang waktu itu, hanya mengomentari hal fundamen atau mendasar seperti aqidah, syari’at, dan akhlak. Pembersihan hati dengan tauhid (manunggaling kawula gusti) inilah yang menjadikan seruan Islam yang diusung Nabi Muhammad sukses. Muhammad sebagai the chosen people, berhasil menyatukan ragam kabilah penduduk Makkah. Tauhid ini pula yang meleburkan segala kejahiliahan dan merubah sikap seseorang sebagai manifestasi keberimanan. Jika kita renungi sebab musabab tersumbatnya hati ialah; pertama, pengagungan pada aku dan makhluk. Jika ini terjadi, akan berimbas pada prioritas insan pada duniawi dan mengabaikan akhirat. Sebagai contoh, kesombongan Abu Jahal dan Abu Lahab yang tak mengakui ajaran Muhammad saw. Perkara lain yang patut direnungi ialah panggilan adzan subuh. Ajakan sholat lebih baik daripada tidur (pilihan akhirat) masih kita abaikan dengan memilih tidur (pilihan dunia). Contoh lain ialah kita dapat meneladani sikap Abu Bakar. Mertua Rasulullah tersebut, terlepas semua penghalang hatinya. 

Rumah Pensil Publisher

Ketika Rasulullah wafat, kita dapat membandingkan sikap Umar bin Khatab dan Abu Bakar. Saat Muhammad saw meninggalkan sahabat. Umar mengacungkan pedang seraya berkata “siapa yang mengatakan Muhammad mati, ia akan berhadapan denganku”. Abu Bakar tampil dan berbicara “barangsiapa menyembah Muhammad ia telah mati. Akan tetapi siapa saja yang menyembah Allah, sungguh ia Maha hidup”. Kemudian Umar pun tersadar akan itu. Peristiwa di muka mencerminkan segala tambatan hati Abu Bakar pada aku dan makhluk telah tuntas. 

Kedua, yaitu hubus syahwat (cinta keinginan). Jika kita tak pandai mengelola keinginan, syahwat itu akan menjerumuskan kita. Maka keinginan kita haruslah didasari kefahaman (al ilmu qabla amal). Jika orang takut kepada Allah, siapapun akan takut kepadanya. Namun, jika seseorang takut pada makhluk, ia akan dipermainkan. Nafsu tersebut harus kita atur. Kita bisa belajar pada Abdullah bin Umar. Ia ridho hidupnya diatur oleh Islam. Dalam dirinya terdapat nafsu mutma’inah. Saking cintanya dalam berbicara dan duduk pun ia meniru gaya Rasulullah. 

Oleh sebab itu, ibadah hati adalah obat mujarat untuk membunuh kotoran dalam rongga dada kita. Karena penyakit fisik itu disebabkan oleh penyakit hati. Maka, ibadah hati jauh lebih berat dari ibadah fisik, ibadah hati jauh lebih indah dari amalan fisik, ibadah hati jauh lebih besar pahalanya ketimbang amalan fisik. Sebagai contoh, orang merenungi ciptaan Allah dan menimbulkan tauhid, jauh lebih besar pahalanya daripada sholat semalam. Ibadah hatilah yang menggerakkan amalan fisik. Syekh Akhmad Yasin, sosok yang kuat hatinya. Meskipun buta ia mampu bergerak mengajar ilmu dan berjuang bersama rakyat Palestina. Kita refleksi bersama. Bagaimanakah ibadah hati kita? 

Vivit Nur Arista Putra
Pemimpin Redaksi Buletin PROGRESS

Tidak ada komentar: