Sabtu, 18 September 2010

Menanti Tanda Kebangkitan Indonesia

Seorang pemikir keagamaan dan kenegaraan Yudi Latif pernah berujar, “setiap gerakan kebangkitan selalu bermula dari tanda”. Soekarno dapat bertahan selama 20 tahun karena narasi revolusi yang dibawa rezimnya. Itulah tanda. Begitupun dengan Soeharto, dapat langgeng selama 32 tahun lantaran tanda “pembangunan” di yang digelorakannya. 

Kini, di era orde reformasi tanda ledakan perubahan belumlah tampak. Perjalanan, 12 tahun reformasi cenderung tak terarah, karena gagal menciptakan tanda. Agaknya selaku warga negara yang begitu peduli dengan bangsanya, patutlah hal ini direfleksikan seksama. Kita mungkin bisa mendesak suksesi reformasi, tetapi belum bisa mengisi. Di bulan Ramadhan ini, penulis mengajak pembaca untuk kilas balik sejarah eksisnya negeri ini. 

Rumah Pensil Publisher

Rijalul Imam dalam bukunya Capita Selekta, Membumikan Idiologi Menginspirasi Indonesia menjelaskan, Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 bertepatan dengan 9 Ramadhan. Atau 10 hari pertama bulan penuh berkar ini yang dikenal sebagai hari-hari rahmat. Oleh sebab itu, wajar jika dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan “dengan rahmat Allah swt”. Jika dikaitkan dengan kita suci Al Qur’an, hari, bulan, dan tahun memiliki relevansinya dengan apa yang perlu diperbuat Indonesia dikala itu, dan aktivitas di masa mendatang. Tanggal 17-8-1945 mempunyai kesesuaian dengan Qur’an surat ke 8 Al Anfal ayatnya 17 yang berisi tentang kemerdekaan. “Bukanlah kalian yang membunuh mereka, tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kalian melempar ketika kalian melempar, tetapi Allahlah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk member kemenangan bagi orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.” (Q.S. Al Anfal: 17).

Sedangkan tahun 1945 dapat dikaitkan dengan Q.S. Al Anfal ayat 45 yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, apa kamu bertemu dengan musuh, maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”. Pesan langit ini menegaskan merdeka bukanlah pertanda perkara usai. 

Pascakemerdekaan akan banyak masalah yang mendera, berpijak dari itulah rakyat Indonesia diminta untuk senantiasa mengumandangkan asma Allah manakala bersua dengan problem pelik. Bendera merah putih pun sesungguhnya adalah dua warna kecintaan Rasulullah. Nabi pernah bersabda “Sesungguhnya Allah melipat untukku bumi, maka aku bisa melihat ujung timur dan barat. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai apa yang dilipat untukku. Aku juga dikaruniai dua perbendaharaan (kekayaan) merah dan putih” (H.R. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Jadi jelaslah tanda kebangkitan itu telah digambarkan baginda Nabi dan diarahkan suara langit. 

Bahkan Prof. Arysio Santos (Geolog dan Fisikawan Nuklir Brazil) mengatakan, negeri Atlantis yang dikenal kaya raya di darat dan di laut yang tenggelam oleh lautan sejak berakhirnya zaman es 11.600 tahun silam setinggi 120-150 meter adalah Indonesia. Inilah tanda kekayaan alam negeri ini, tinggal bagaimana kita mengolah sumber daya itu secara arif, adil, dan mandiri demi kemaslahatan rakyat Indonesia. Semua bergantung kepada pemuda yang menjadi tonggak perubahan bangsa. Bangkitlah negeriku harapan itu masih ada. 

Vivit Nur Arista Putra 
Peneliti Transform Institute 

2 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

saatnya Indonesia bangkit dalam pluralitas warna
mengalir dalam suatu alur harmonisasi cinta
selaras dengan energi Pencipta MahaKarya

-mkp
:)