Menjelang musyawarah daerah (musyda) KAMMI Daerah Sleman agenda sosialisasi bakal calon (balon) ketua dilakukan untuk membuka kran interaksi dengan para pemilih dari komisariat. Mekanisme kampanye memang mengharuskan hajatan demikian dihelat, sebagai rekomendasi bottom up untuk menyaring menjadi empat calon yang akan dipilih oleh ahlu ahli wal aqdi (lingkaran orang strategis) menjadi KAMDA Sleman-1.
Acara yang berlangsung di UPPL P3AI UNY, Sabtu, 28 Mei 2011 dibuka ketua KAMDA, Nurohman dengan pesan agar para kader mengambil ibrah transisi kepemimpinan para Nabi. “Ketika hendak melawan Jalut, melewati sungai ksatria Thalut menginstruksi agar bala tentaranya tidak mencicipi air. Tetapi karena jauhnya perjalanan berakibat dahaga, sebagian pasukan pun merasainya. Sedangkan artileri lain termasuk Daud begitu taat dan terseleksi dari godaan yang nantinya sukses membunuh Jalut. Setelah bertahta dengan harta dan luas kuasa kemudian Daud mewariskan kepemimpinan kepada Sulaiman” ujarnya memulai.
“Begitupun dengan teman-teman yang terseleksi mengikuti DM III kemarin”. Serunya melanjutkan. “Kini memiliki peluang untuk berkarya dan menjadi pengurus inti KAMDA. Semoga dapat berkompetisi sehat untuk dakwah KAMMI ke depan”.
Selanjutnya berganti Dedy Yanwar El Fani memberikan laporan kerja KPR, pasca itu ialah acara esensi sosialisasi balon. Bertindak sebagai moderator Vivit Nur Arista Putra dan panelis Sri Widya Supeno (eks ketua KAMDA Yogya 06-08) untuk share pengalaman mengelola KAMDA di era desentralisasi sekaligus mengkritisi visi, misi, dan gagasan para balon untuk organisasinya diperiode mendatang.
Kendati hanya dihadiri separuh dari 21 bakal calon tetapi tidak menutup riuh rendahnya forum untuk menjadi saksi keseriusan kawan-kawan mau di bawa ke mana arah KAMDA Sleman. “Saya fikir visi misi KAMMI sudah jelas dalam AD/ART ormas ini. Sekarang tinggal bagaimana kita menderivasikan dalam program riil kontribusi. Ke depan tawaran saya KP dan humas secara eksternal harus piawai membagun relasi dengan LSM dan media untuk memudahkan kerja-kerja KAMMI.
Sementara internal fokus kerja kaderisasi ialah mengader untuk menambah pendukung kerja KAMMI. Mengenai fokus isu, saya fikir tak terlalu banyak tapi konkret di masyarakat. Sementara aksi dapat digaungkan ketika deadlock dan pembacaan peta politik Sleman yang stagnan dan membangun kedekatan dengan birokrasi urgen diupayakan guna memudahkan kerja-kerja KAMDA” cetus Isnendi Muhammad Fatwa sebagai balon yang mendapat jatah bersuara pertama.
Giliran Indriyani Agustina tak jauh beda hanya lebih menguatkan kaderisasi internal untuk pematangan organisasi mengingat KAMDA masih berusia balita. Tri Yanto ‘Mekel’ Puspito No. Urut 3 mengumandangkan paradigma KAMMI sebagai acuan gerak. “Kita ketahui Sleman ini kan pusat kampus besar seperti UGM dan UNY sebagai ladang intelektual. Mulai dari petani hingga profesor ada. KAMDA dapat memberdayakan sumber daya ini untuk digarap teman-teman Sosmas seperti recovery erupsi Merapi. Karena selama ini banyak potensi yang belum berhasil dijalankan” ungkap mantan Menteri eksternal BEM Rema UNY ini.
“Kalau saya memandang KAMDA dari dua hal, aspek gerakan dan organisasi.
Penjabaran gerakan pada aksi di jalanan dan organisasi pada penguatan kaderisasi. Saya targetkan 100 AB selama dua tahun kepengurusan dan mengoptimalkan MK khos, karena kekuatan KAMMI ada pada sistem sel ini” gelegar Wibisono menghentak forum. “Selain itu pendekatan ke elit daerah juga penting” tegasnya berirama. “Untuk menjalankan kegiatan sosial dan merumuskan jam sosial kader seperti TPA, ceramah, dan lainnya. Meskipun sederhana tetapi kita dapat mengemas dengan desain gerakan yang masif. Karena setiap agenda dapat kita jadikan wahana kaderisasi. Pola fikir kita perlu dibalik. Tidak melulu melalui daurah marhalah”.
Yollanda Vusvita Sari yang memutuskan akan mudik ke peraduan meminta agar audiens memilih bakal calon di depan selainnya.
Di termin lain, Dedy Yanwar El Fani lebih mengarahkan KAMDA untuk berkontribusi sosial dan membangun relasi dengan bupati. Dengan marketisasi gerakan dengan catatan tidak menjual idealisme. Bara Berlian menawarkan ada tiga ihwal yang perlu dilakukan KAMDA ke depan yakni, melaksanakan program kaderisasi semaksimal mungkin, pematangan dan perapian organ internal KAMDA serta pengawalan isu dana pendidikan seperti BOS di Sleman. Terakhir Yusuf tak banyak bersuara dan menyerahkan kembali ke majelis.
Merespon pemaparan balon di muka, Mas Peno mengatakan “nothing new, nyuwun sewu ya semuanya standar. Tidak ada yang baru”. Lelaki berkaca mata ini menceritakan bagaimana KAMDA di eranya dikelola. “Diperiode saya, banyak orang mengatakan sangat kontroversial. Karena kita serba melakukan eksperimentasi termasuk manhaj. Untuk sisi eksternalisasi KAMDA berkontribusi dengan dijiwai pesan Nabi. “Khairun naas an fauhum lin naas”. Sebaik-baik insan ialah yang berkontribusi untuk orang lain. Saat itu kita hanya fokus pada dua hal saja. Tetapi saya yakin orang akan mengenang hingga kini. Pertama, melakukan objektivikasi, pengopinian, dan membentuk organ kemasyarakatan dengan turun ke jalan berdemonstrasi menuntut pro pemilihan di Jogja” ucapnya mengingat masa lalu.
“Kedua, fokus advokasi kebijakan dan anggaran yakni adanya kasus korupsi bupati Sleman, Ibnu Subiyanto. Dan itu terus dilakukan sampai publik pun dapat mengenang melalui media yang mengabadikannya” ujarnya menggelora. Pesannya KAMDA harus mendefinikan gerakannya.
Di era mas Rijalul Umam dihiasi warna intelektual, mas Peno lebih bercorak aksi gerakan dengan dua fokus isu. Sebab, positioning gerakan tidak bisa instan tetapi harus mempunyai bargaining kuat ke khalayak ramai untuk meraihnya.
Semoga dengan sosialisasi ini menjadi pertimbangan bagi kawan-kawan AB I – AB III untuk menentukan suaranya di TPS yang dibuka di komisariat masing-masing mulai 30-31 Mei. Aktivasi kader KAMMI Sleman lainnya. Ikhtiar ini hanyalah demi prosesi kebaikan KAMMI Daerah Sleman ke depan. Sebagai medium dakwah di bumi Yogyakarta. Bismillah. Allahu akbar...
Vivit Nur Arista Putra
Aktivis KAMMI Sleman