Bapak sedang tes swab
Oleh:
Vivit Nur Arista Putra
Saat Ibu saya Siti Fathonah (61
tahun) tes swab pada Rabu, 23 Desember 2020 di RSJ Magelang. Perawat baru
memberitahu saya hasilnya positif covid 19 pada Sabtu, 26 Desember 2020 bakda
shalat maghrib. Ini terhitung lumayan cepat, dibanding rumah sakit lain yang bisa sampai 5-7 hari. Qadarullah wa masyaafa’ala Ibu saya wafat hari itu juga pukul
20.41 WIB. Hari Minggunya dengan penuh haru, tanpa dihadiri masyarakat desa
layaknya upacara pemakaman umum, hanya kami sekeluarga yang menguburkannya.
Covid 19 membuat cara pandang kita
pada kematian menjadi berbeda. Ia menjadi tampak dekat. Tetapi ketahuilah,
virus corona ini tidak mempercepat atau tidak memperlambat kematian seseorang.
Jika sudah ajalnya, matilah hamba tersebut. Selaras dengan firman Allah,
“apabila ajal tiba, mereka tak bisa meminta menunda atau percepatan sekalipun”
(Q.S. Yunus: 49). Cara Allah mencabut nyawa Ibu saya, dengan memberinya terkena
tha’un (wabah) terlebih dahulu. Semoga itu menjadi wasilah terhapusnya dosa dan
tergolong syahidahnya.
Sebagai ikhtiar menjaga kesehatan
dan mengikuti anjuran Nabi, “larilah dari wabah, serupa lari dari kejaran
singa.” Maka pada Senin, 28 Desember 2020 kami sekeluarga melakukan tes swab di
Puskesmas Secang. Selama perjalanan ke sana tubuh kami sehat tidak ada keluhan
berarti seperti batuk-batuk, flu, dan sesak nafas. Hanya saja adik saya Beta,
mengeluhkan tidak bisa mencium bau seperti orang normal. Kita ketahui bersama,
itu adalah salah satu gejala covid 19. Benar saja, saat saya menanyakan hasil
swab pada Senin, 4 Januari 2020. Berdasarkan hasil laboraturium, Bu Dokter
menyimpulkan Beta positif covid 19. Sedangkan saya, Bapak, Widi, Agung, Catur,
dan Naira negatif.
Beta memiliki komorbid (penyakit
penyerta) TBC yang dideritanya, sehingga saya memakluminya. Beta sudah mengonsumsi
obat pembunuh TBC sejak 6 bulan lalu dan terakhir kontrol di RSI Magelang tepat
pada 22 Desember 2020, sekaligus mengajak Ibu untuk periksa di rumah sakit. Jadi
Beta kontak erat dengan Ibu, dua hari sebelum dirawat. Tetapi selama 10 hari
isolasi mandiri, alhamdulillah tidak ada keluhan berarti di tubuh. Bahkan indra
penciumannya kembali normal sedia kala dan mulai membaik.
Hasil tes swab Bapak negatif covid 19 |
Khusus untuk Bapak ini hasil swab yang aneh dan
unik. Pasalnya Bapak selalu sekamar dengan Ibu saat sakit di rumah dan sekamar
pula saat dirawat di rumah sakit. Meskipun ini melawan aturan, karena pasien
yang tes rapid reaktif tidak boleh ada yang membersamainya di kamar. Namun,
Bapak memutuskan bersama. Selama di RSJ, Bapak yang memandikan Ibu, memakan
sisa makanan Ibu, meminum sisa minumannya dengan piring, sendok, dan gelas yang
sama. Memijat Ibu dan mendampinginya. Sungguh tidak semua suami mampu
melakukannya. Logikanya jika benar Ibu terkena covid 19, maka Bapak akan
tertular karena berhari-hari bersama Ibu. Tetapi, qadarullah hasil swab
menerangkan negatif. Meskipun kami sering mendengarnya batuk di kamar. Tapi
mungkin itu karena cuaca Magelang yang sangat dingin beberapa hari terakhir.
Apalagi ditambah diguyur hujan lebat.
Mohon doanya semoga kami sekeluarga bisa melalui
isolasi mandiri ini hingga 10 Januari 2020 dengan baik dan kembali sehat wal
afiat. Begitu pula kami berharap teman-teman, senantiasa diberikan kesehatan
dan terhindar dari mara bahaya. Mari kita memperbanyak doa, “Bismillahiladzi la
yadzurru makhasmihi shaiun fil ardhi wa la fi sama’I wa huwasamiul aliim.”
(Dengan menyebut asma Allah, yang dengan namanya tidak ada sesuatu pun yang
membahayakan di langit dan di bumi. Dialah Allah maha mendengar, lagi maha
mengetahui). H.R. Abu Daud. Doa ini disunahkan untuk dipanjatkan setiap pagi
dan petang.
Baginda Nabi juga mengajarkan, “Auudzu bikalimaatillahi taammaati
min sharri maa khalaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang
sempurna dari suatu kejahatan yang diciptakanNya). H.R. Ahmad. Secara spesifik
juga tertera doa, “Allahmma inni auudzubika minal baroshi wal junuuni wal
judzaami wa sayyi’il asqoom” (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu
dari penyakit kulit, gila, lepra, dan penyakit buruk lainnya). H.R. Abu Daud.
Semoga kita semua bisa melestarikannya ya.
Vivit
Nur Arista Putra
Anak
dari seorang Ibu penyintas covid 19
2 komentar:
سهل الله لنا ولكم، وبارك الله فيكم.
Allah şifalar versin..
Posting Komentar