Sabtu, 09 Januari 2021

Hasil Tes Swab yang Aneh dan Unik

Bapak sedang tes swab

Oleh: Vivit Nur Arista Putra

           

        Saat Ibu saya Siti Fathonah (61 tahun) tes swab pada Rabu, 23 Desember 2020 di RSJ Magelang. Perawat baru memberitahu saya hasilnya positif covid 19 pada Sabtu, 26 Desember 2020 bakda shalat maghrib. Ini terhitung lumayan cepat, dibanding rumah sakit lain yang bisa sampai 5-7 hari. Qadarullah wa masyaafa’ala Ibu saya wafat hari itu juga pukul 20.41 WIB. Hari Minggunya dengan penuh haru, tanpa dihadiri masyarakat desa layaknya upacara pemakaman umum, hanya kami sekeluarga yang menguburkannya.


            Covid 19 membuat cara pandang kita pada kematian menjadi berbeda. Ia menjadi tampak dekat. Tetapi ketahuilah, virus corona ini tidak mempercepat atau tidak memperlambat kematian seseorang. Jika sudah ajalnya, matilah hamba tersebut. Selaras dengan firman Allah, “apabila ajal tiba, mereka tak bisa meminta menunda atau percepatan sekalipun” (Q.S. Yunus: 49). Cara Allah mencabut nyawa Ibu saya, dengan memberinya terkena tha’un (wabah) terlebih dahulu. Semoga itu menjadi wasilah terhapusnya dosa dan tergolong syahidahnya.

            Sebagai ikhtiar menjaga kesehatan dan mengikuti anjuran Nabi, “larilah dari wabah, serupa lari dari kejaran singa.” Maka pada Senin, 28 Desember 2020 kami sekeluarga melakukan tes swab di Puskesmas Secang. Selama perjalanan ke sana tubuh kami sehat tidak ada keluhan berarti seperti batuk-batuk, flu, dan sesak nafas. Hanya saja adik saya Beta, mengeluhkan tidak bisa mencium bau seperti orang normal. Kita ketahui bersama, itu adalah salah satu gejala covid 19. Benar saja, saat saya menanyakan hasil swab pada Senin, 4 Januari 2020. Berdasarkan hasil laboraturium, Bu Dokter menyimpulkan Beta positif covid 19. Sedangkan saya, Bapak, Widi, Agung, Catur, dan Naira negatif.

            Beta memiliki komorbid (penyakit penyerta) TBC yang dideritanya, sehingga saya memakluminya. Beta sudah mengonsumsi obat pembunuh TBC sejak 6 bulan lalu dan terakhir kontrol di RSI Magelang tepat pada 22 Desember 2020, sekaligus mengajak Ibu untuk periksa di rumah sakit. Jadi Beta kontak erat dengan Ibu, dua hari sebelum dirawat. Tetapi selama 10 hari isolasi mandiri, alhamdulillah tidak ada keluhan berarti di tubuh. Bahkan indra penciumannya kembali normal sedia kala dan mulai membaik.

Hasil tes swab Bapak negatif covid 19


Khusus untuk Bapak ini hasil swab yang aneh dan unik. Pasalnya Bapak selalu sekamar dengan Ibu saat sakit di rumah dan sekamar pula saat dirawat di rumah sakit. Meskipun ini melawan aturan, karena pasien yang tes rapid reaktif tidak boleh ada yang membersamainya di kamar. Namun, Bapak memutuskan bersama. Selama di RSJ, Bapak yang memandikan Ibu, memakan sisa makanan Ibu, meminum sisa minumannya dengan piring, sendok, dan gelas yang sama. Memijat Ibu dan mendampinginya. Sungguh tidak semua suami mampu melakukannya. Logikanya jika benar Ibu terkena covid 19, maka Bapak akan tertular karena berhari-hari bersama Ibu. Tetapi, qadarullah hasil swab menerangkan negatif. Meskipun kami sering mendengarnya batuk di kamar. Tapi mungkin itu karena cuaca Magelang yang sangat dingin beberapa hari terakhir. Apalagi ditambah diguyur hujan lebat.

Mohon doanya semoga kami sekeluarga bisa melalui isolasi mandiri ini hingga 10 Januari 2020 dengan baik dan kembali sehat wal afiat. Begitu pula kami berharap teman-teman, senantiasa diberikan kesehatan dan terhindar dari mara bahaya. Mari kita memperbanyak doa, “Bismillahiladzi la yadzurru makhasmihi shaiun fil ardhi wa la fi sama’I wa huwasamiul aliim.” (Dengan menyebut asma Allah, yang dengan namanya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di langit dan di bumi. Dialah Allah maha mendengar, lagi maha mengetahui). H.R. Abu Daud. Doa ini disunahkan untuk dipanjatkan setiap pagi dan petang.

Baginda Nabi juga mengajarkan, “Auudzu bikalimaatillahi taammaati min sharri maa khalaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari suatu kejahatan yang diciptakanNya). H.R. Ahmad. Secara spesifik juga tertera doa, “Allahmma inni auudzubika minal baroshi wal junuuni wal judzaami wa sayyi’il asqoom” (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari penyakit kulit, gila, lepra, dan penyakit buruk lainnya). H.R. Abu Daud. Semoga kita semua bisa melestarikannya ya.

 

Vivit Nur Arista Putra

Anak dari seorang Ibu penyintas covid 19

 

2 komentar:

Unknown mengatakan...

سهل الله لنا ولكم، وبارك الله فيكم.

Amar Ma'ruf mengatakan...

Allah şifalar versin..