Senin, 05 Juli 2010
Seharian... Sendirian...
Legalisasi Ganja
Senin, 18 Februari 2008
Menaklukan Merapi (Sebuah Puisi)
Anak Kaki
Kantuk yang memberat
Dingin yang menyengat
Dan letih yang menyayat
Bertumpu pada satu raga
Namun, rasa itu tak mengurungkan
tekad untuk mendaki
Mengayunkan jejak kaki di kaki Merapi
Menancapkan prasasti sejarah
di gunung penuh misteri
Jalan berkelok menjulang tinggi
Kudayung dan kususuri
dengan kayu di setiap tepi
Gemuruh angin malam melantun lantang
Seakan menguji tegarnya rimbunan pohon
Dan menggoyah jalinan kaki
yang mulai pengkor ini
Anak kaki terus melaju
Meski sedikit dipaksa majikannya
Jika ia mampu berkata
“Tak rasakah kau pegalnya ototku ini” begitu umpatnya
Dan akupun akan menampiknya
“Tak usalah risau, aku lebih berasa”
Budak kaki terus melaju
Tak ada iba dan jeda
Selama pikiran raja
belum berhenti menghentikannya
Lereng Merapi,
Di sekerumun pohon, melambai semilir angin sepoi
Vivit Nur Arista Putra
16 Febuari 2008 09.00
Memoria
Moci, Peyem, dan Sepatu
Jalanan Cihampelas kian ramping
Disesaki hilir mudik orang
Berburu si buah tangan
Moci, Peyem menjadi tawaran andalan
Rayuan pekikan mendesir di kupingku
Menumbangkan bersimbah korban
Dilain pemburu
Pulang bertangan hampa
Tiada tangkapan
Hanya kenangan tersimpan dalam ingatan
Vivit Nur Arista Putra
Cihampelas, Bandung 5 Januari 2008
21.51
Senin, 07 Januari 2008
Buah Angan
Bandung di Kala Pagi
Dingin menyambut lawatanku
Sang bintang malu menatapku
Adanya rembulan
Menjadi sepasang sorot mata lampu
Bertolak….
Tunaikan wajib
Bertempat….
Di “sanggar “ berias kuning biru
Memanjakanku di pagi itu
Mentari….
Congkak terang bersinar
Beradu tatap aku tak mampu
Vivit Nur Arista Putra
Minggu, 09 Desember 2007
Ubah Urbanisasi Jadi Transmigrasi
26 Oktober 2007
Oleh: Vivit Nur Arista Putra
Jakarta tetap menarik bagi pendatang untuk mengadu peruntungan. Menyelami labirin dalam lika-liku kehidupan yang tak pasti. Fenomena ini seakan telah menjadi tradisi pascaarus balik tiap tahun. Dengan modal nekat dan pas-pasan tanpa keahlian dan keterampilan yang dimiliki, mereka mengadu nasib di sana. Padahal, tak ada jaminan kerja pasti yang menunggu. Mengapa mereka memilih Jakarta, bukan kota lain? Umumnya mereka terpikat cerita teman atau sanak saudara mengenai gegap gempita ibu kota dengan modernisasinya. Yang memberi celah dan menyisakan harapan hidup dengan setumpuk lapangan kerja dan upah lebih tinggi ketimbang di desa.
Rumah Pensil Publisher |
Seperti Sumatera Utara dan Nias pascadilanda gempa dan tsunami, di sana banyak jalan dan infrastruktur rusak berat yang membutuhkan banyak tenaga kerja untuk perbaikan. Prospek kerja lain yang menggiurkan adalah kelapa sawit sebagai bahan bakar biofuel yang 70 persen ada di Sumatera dan Kalimantan, yang beberapa tahun ke depan akan banyak membuka lapangan kerja. Membangun ketransmigrasian bukanlah dalam rangka konsep membangun fasilitas kota dengan segala aktivitas ekonominya. Perilaku individu transmigranlah yang menempatkan diri sebagai "pelopor" interaksi sosial bagi aksesibilitas ekonomi untuk bermasyarakat dengan penduduk setempat.
Tanpa disadari, hal itu telah menumbuhkembangkan pusat ekonomi baru, menjadikan masyarakat urban dan membentuk secara fisik keberadaan infrastruktur dan fasilitas permukiman kota. Kini tinggal tergantung pemerintah kita mampu tidak memanfaatkan hal ini untuk mengalihkan urbanisasi ke Jakarta, dengan mengganti transmigrasi dan melaksanakan program kerja yang pro rakyat.
Vivit Nur Arista Putra
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Sabtu, 08 Desember 2007
Berkawan Sunyi (Puisi)
Seharian Sendirian..
Rumah Pensil Publisher |
Waktu menunjuk 22.30 malam
Aku terbaring seorang diri
Kesepian
Merenungi
Merefleksi sebuah perjalanan
Melintasi waktu
Merubah laku
Bertempat sang pengatur kehidupan
Aku menghibur diri
membaca Qur’an
Hingga beranjak juz delapan
Aku terlelap saat anganku terbang
Terjaga sebelum adzan berkumandang
Dan kembali menikmati pagi
Sendirian…
Kesepian…
Vivit Nur Arista Putra
Rumah Allah,
PSSI Butuh Pemimpin Baru?
Akan tetapi, dengan berhalangan tetapnya si tokoh Bone itu karena tak bisa menandatangani surat , memimpin rapat serta berhubungan dengan pihak luar, mau tak mau lembaga ini butuh sosok pemimpin pengganti yang bisa menjadi panutan, fokus, dan mempunyai komitmen yang besar untuk melaksanakan program kerjanya ke depan guna mengangkat PSSI dari masa kelam dalam beberapa tahun terakhir.
Sedih dan Indahnya Ramadhan
Rumah Pensil Publisher |
Legalisasi Ganja
SUARA MAHASISWA, | |||
Kamis, 05/07/2007 Harian SEPUTAR INDONESIA | |||