Senin, 21 Desember 2020

Pandemi dan Ruling Elit 2024

 


Dimuat di tegas.id pada 10 Juli 2020

Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Meskipun terlalu dini, banyak lembaga survei mulai merilis beberapa kepala daerah yang potensial bertarung di pemilihan presiden mendatang. Tiga nama yang mengemuka ialah Anies Baswedan, Ridwal Kamil, dan Ganjar Pranowo. Kebijakan para gubernur dalam menangani pandemi ini, diprediksi memiliki efek elektoral menuju pentas 2024 nanti. Pernyataan ini dibenarkan dalam catatan historis dan sosiologis perjalanan kepemimpinan bangsa ini. Orang-orang yang terlibat menyelesaikan tren “masalah utama” negara di kurun waktu tertentu, kelak akan menjadi “tokoh utama” memimpin negara.


Tren utama zaman awal abad 19 adalah pendidikan. Karena semakin terdidik berdampak pada kenaikan status seseorang dan semakin tinggi pengaruhnya. Maka sirkulasi ruling elit di negeri ini diawali dari para intelektual terdidik sebagai produk politik etis Belanda. Lahirlah Soekarno, Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir dan tokoh lain. Proses pematangannya terjadi tahun 1900 an-1940 an. Ketika terjadi kemerdekaan Indonesia 17-8-1945 mereka menemukan momentum masa karya. Jadilah Soekarno dan Hatta ruling elit pertama yang memimpin Indonesia sebagai presiden dan wakil presiden. 

Pascakemerdekaan tren mainstrem zaman ialah mempertahankan kemerdekaan/ Jakarta menjadi tidak aman karena serangan Belanda, maka Ibukota pun dipindahkan ke Yogyakarta. Anak-anak muda yang berdomisili di Yogyakarta seperti Soeharto dan generasinya memainkan peranan penting menjaga kedaulatan NKRI. Terjadilah perekrutan besar-besaran para pemuda berpartisipasi perang menyelematkan bangsa. Inilah proses pematangan mereka tahun 1940 an-1960 an. Muaranya ketika terjadi konflik politik 1965 dan orde lama tumbang. Soeharto dan generasi angkatannya menemukan kansnya berkarya menjadi ruling elit baru menjadi presiden. Ditopang keterlibatan TNI dalam politik praktis sebagai penyangga pemerintahan. 

Pada dekade 1960 an terjadi lonjakan mahasiswa. Alfan Alfian dalam bukunya ”Menjadi Pemimpin Politik” menerangkan, untuk pertama kalinya anak muda dari lapis bangsa mulai marak menikmati pendidikan tinggi. Di waktu yang sama, gerakan mahasiswa mulai tumbuh dan menguat. Menjamurlah organisasi mahasiswa yang menjadi jalan perekrutan anak-anak muda di era itu. Banyak pula lembaga kepemudaan yang menjadi saluran aktivis mahasiswa untuk meluapkan aktivismenya. Kesempatan datang saat orde baru tumbang tahun 1998. Keterampilan berorganisasi dan berpolitik di kampus membuat aktivis mahasiswa siap menyambut demokratisasi dan menemukan momentumnya untuk berkarya di parlemen. 

Kendati masih di level legislatif, kalangan aktivis dan organisatoris ini menjadi ruling elit baru menggantikan kalangan militer. Fachry Ali pernah menjelaskan, jika saat orde baru ada dwi fungsi ABRI, maka di era reformasi ada dwi fungsi pengusaha.

Anies Baswedan memprediksikan masa karya ruling elit aktivis akan sampai tahun 2020 saja. Menjadi pertanyaan siapakah yang akan menggantikannya? Jika diperhatikan pengaruh pasar terhadap ragam aspek kehidupan sudah dirasakan. Bahkan sektor publik seperti layanan kesehatan dan pendidikan pun kini dikelola ala pasar. Lebih lanjut Alfan Alfian menjelaskan tren akan berlanjut pada perekrutan generasi muda untuk menjadi pelaku pasar (dunia bisnis). Karena the young gun sedang mengalami prosesi pematangan, ke depan ruling elit Indonesia agaknya masih tetap diisi tokoh-tokoh tua. 

Mengkorelasikan teori di muka, penulis memprediksikan tokoh-tokoh berlatar belakang ekonom atau bisnisman berpotensi menjadi ruling elit Indonesia 2014 nanti. Adapun proses pematangannya di mulai sekarang. Meskipun tampak malu-malu Aburizal Bakrie dapat dipastikan diusung aklamasi tanpa konvensi untuk dicalonkan sebagai RI 1. Terlihat pengusaha dan orang terkaya se asia tenggara ini hampir tak ada rival sebanding di tubuh partai Beringin. Selain itu, Hatta Rajasa potensial diusung PAN. Selain menduduki posisi strategis di kabinet dan di partainya, Hatta tergolong populis di tengah publik. Sri Mulyani juga digadang-gadang meramaikan kompetisi, apalagi sudah ada partai SRI yang mendaftar di KPU dan siap mendukung. Mantan Menko perekonomian ini merupakan sosok ekonom yang tegas. Menjabat sebagai direktur pelaksana Bank Dunia tidak menutup kemungkinan back up finansialnya akan kuat jika maju menjadi capres. Sementara Demokrat, yang masih bergantung pada figuritas SBY. Setelah tak dapat maju lagi, tidak menutup peluang mengajukan sang istri Ibu Ani Yudhoyono. Sikap ini dapat diambil lantaran cukup berhasilnya politik dinasti di skala daerah. Selain itu, beliau juga tokoh yang populer karena selalu mendampingi suami. 

Bersamaan dengan konsolidasi demokrasi yang berbasis pasar karena mahalnya biaya politik di Indonesia, para pelaku pasar akan semakin berkepentingan dengan dunia politik dan kebijakan (policy making). Oleh sebab itu, peran generasi muda berwirausaha di era kini bisa jadi akan menjadi mobilitas vertikal mereka di masa nanti untuk menjadi ruling elit baru di negeri ini. Kanal politik memang sempit, oleh sebab itu pemuda harus menemukan medan karya baru pascakampus sesuai kompetensi yang dimiliki. Dan akan semakin matang jika diawali kemandirian finansial sebelum terjun ke dunia politik nanti. Ini penting karena kemandirian akan memengaruhi mentalitas dan orientasi pengabdiannya di masa karyanya nanti agar tidak terjebak pada sisi pragmatis korupsi yang kini sudah membudaya. 

 

Vivit Nur Arista Putra 

Penulis Buku “Pecandu Buku”

 


Tidak ada komentar: