Minggu, 24 Mei 2020

Menjaga Ritme Menulis (Part 1)


Pesan Ramadhan hari ke 8 1441 H/ 2020 M
Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Seseorang yang mencapai level membaca yang tinggi, dengan sendirinya akan mengalirkan pengetahuannya dalam tulisan. Itulah gambaran keberkahan para ulama dalam meraup ilmu, lalu menuliskannya menjadi buku. Sebagai contoh, Imam Al Ghazali dalam catatan Dr. Abdul Rahman Badawi, karyanya mencapai 457 buku. Baik yang masih berupa manuskrip (makhtuthat), atau yang sudah diterbitkan (mathbu’at) disamping banyak buku lain yang dinisbatkan kepadanya. 

Membiasa Membaca



Pesan Ramadhan hari ke 7 1441 H/ 2020 M
Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Sebagai penulis, saya tertarik pada perkembangan dunia literasi. Melalui beberapa bacaan, saya menemukan angka melek aksara warga Indonesia adalah 96% dari total jumlah penduduk (Kemendikbud: 2016). Tetapi melek huruf ini belum berkorelasi positif pada kebiasaan membaca. Hal ini harus dibedakan bahwa orang yang sudah bisa membaca, belum tentu mempunyai rutinitas membaca secara serius. Artinya membaca belumlah membudaya dalam masyarakat Indonesia.

Tujuh Perkara Sebab Akibat

Pesan Ramadhan hari ke 4 1441 H/ 2020 H
Oleh: Vivit Nur Arista Putra


Sebagai penuntut ilmu, kita patut berbangga ada banyak ulama nusantara yang pernah menjadi pengajar dan imam di Masjidil Haram, Makkah. Salah satunya Syekh Nawawi Al Bantani (1813-1897). Kitab beliau yang sangat masyur di Pesantren adalah Nashaihul Ibad (Nasihat bagi Hamba). Pustaka ini layak dibaca bagi kita yang merindukan nasihat sepanjang hayat.

Pada makalah ke tujuh, beliau mengutip pesan Umar bin Khatab pada kita. Berkatalah Umar, "sesiapa yang banyak tertawa akan berkurang wibawanya, siapa yang meremehkan sesama akan diremehkan yang lainnya, siapa menekuni sesuatu akan dikenal sebagai ahlinya, siapa yang banyak bicara akan banyak pula dosanya, siapa banyak dosa akan sedikit rasa malunya, siapa sedikit malunya akan sedikit pula wara'nya, siapa sedikit wara'nya akan mati hatinya."

Kewajiban Seorang Muslim pada Agamanya



Pesan Ramadhan hari ke 3 1441 H/ 2020 M
Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Ibnu Qayyim berkata Kewajiban Seorang Muslim pada Agamanya ada lima.
Mengimani, Mengilmui, Mengamalkan, Mendakwahkan Agama ini, dan Bersabar atas semua ujian dalam kehidupan.

Tingkatan Puasa Menurut Imam Al Ghazali


Pesan Ramadhan Hari ke 2 1441 H/ 2020 M

Rumah Pensil Publisher

Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Said Hawwa menyebut esensi puasa ialah melemahkan berbagai kekuatan hati dan perut yang dijadikan sarana syetan mengajak orang kepada keburukan. Sehingga dengan terjaganya kondisi hati dan perut tersebut, kita bisa mengalihkannya pada tindakan yang terpuji. Ketahuilah “amalan setiap anak Adam pahalanya untuk dirinya, kecuali puasa. Karena puasa itu untukKu dan Aku akan memberikan pahala berkali lipat. Puasa adalah benteng, maka jika kalian berpuasa janganlah kalian berkata kotor, janganlah marah, dan jika ada orang yang mencaci maki dan menyerangmu katakanlah, saya sedang puasa” (H.R. Bukhari-Muslim). Pada riwayat Muslim disebutkan, “di bulan Ramadhan pahala anak Adam akan dilipatgandakan, satu amalan kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat pahala”.

Memakna Puasa


Pesan Ramadhan Hari ke 1 1441 H/ 2020

Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Puasa merupakan bentuk ibadah untuk mencapai derajat takwa. Adapun orang menjadi sehat, itu adalah dampak fisiologis. Bukan orientasi ibadah. Kita harus pandai membedakannya. Ada hadist “berpuasalah, niscaya kamu sehat”. Diriwayatkan At Tabrani dari Abu Hurairah dan Ibnu Adiyy dari Ali dan Ibnu Abbas. Kendati ada yang mengatakan hadis tersebut dha'if. Tapi matan atau redaksinya terbukti kebenarannya. Ilmuwan barat yang faham ilmu anatomi tubuh dan fisiologi akan berpuasa karena menyehatkan.

Kamis, 25 April 2019

Menjadi Pecandu Buku

Bertepat World Book Day and Copyright Day kemarin pada 23 April 2019. Izinkan saya mengenalkan corat coretan sederhana berwujud buku pada para pembaca.


 Judul     : "Pecandu Buku, Gerak Laku Penuntut Ilmu"
Penulis   : Vivit Nur Arista Putra
Penerbit : Beranda Intrans Publishing Malang
Tebal      : 160 halaman
Harga     : Rp 70.000




Pembaca budiman, buku ini mengurai bagaimana Islam memandang tradisi literasi, memburu ilmu meramu peradaban buku. Jika seseorang telah mencapai tahap bacaan yang tinggi, maka dengan sendirinya ia akan menyalurkan pengetahuannya melalui tulisan. Maka kita simpulkan menulis adalah ilmu amal, jika kita ingin menguasainya maka kita harus sering mempraktikannya. Tapi ingat, menulis bukanlah sekadar merangkai huruf dan kata-kata yang manis, tetapi juga harus ada obsesi yang dirintis dan nilai yang diwaris.

Resapilah, tulisan hanyalah wasilah (sarana), bukan ghayah (tujuan). Tujuan kita memegang pena bukanlah sebatas menganyam kata-kata. Tetapi dibalik kata-kata yang berbaris ada pewarisan nilai yang dirintis. Ya, menulis merupakan salah satu dari sekian banyak cara untuk menyebarkan kebajikan. Ingat dia bukan satu-satunya, hanya salah satu cara. Jika suatu saat ada jalan untuk mengabdi bagi agama ini dengan dampak luas yang dinikmati, maka mari melakukannya. Tetapi selama menulis mempunyai hasil karyanya mengabadi, menembus ruang dan waktu yang nyaris tak bertepi, hingga menyusuri generasi. Maka mari beramai-ramai menebarkan benih kebajikan melalui tulisan.


Terkhusus ketika kita menulis buku, saat itu pula kita sedang memperpanjang umur kita. Kala usia biologis tiada, usia pemikiran dalam kata-kata akan tetap ada. Bercengkrama pada sesiapa yang membaca. Sejarah telah membuktikan parameter tumbuhnya peradaban adalah menggeliatnya ilmu pengetahuan. Demikian Ibnu Khaldun berpesan. Adapun pengetahuan dan pelbagai kebaikan akan sirna, kecuali tersimpan dalam buku-buku. Maka meramu peradaban buku ialah menata pondasi bangunan peradaban manusia agar maju dan berilmu. Jika peradaban suatu bangsa tegak lantaran buku, sebaliknya mengacuhkan buku juga dapat meruntuhkan peradaban itu. "Jika ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa," terang Milan Kundera, "musnahkanlah buku-bukunya."

Kini tanyakan pada dirimu. Masihkah engkau enggan membaca buku? Padahal, padanya ada perintah baca dari Tuhanmu.

Pemesanan buku ini WA : 0895 0521 1641

Selasa, 23 Oktober 2012

Evaluasi Pemberian Grasi

Dimuat di Republika Jogja, 23 Oktober 2012
Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Putusan peninjauan kembali MA dan pemberian grasi presiden terhadap terpidana mati kasus narkoba Hengky Kurniawan (HK) dan Deni Setia Maharwa (DSM) seakan antiklimaks dengan perjuangan melawan narkoba selama ini. MA mengubah hukuman HK menjadi 15 tahun penjara dan DSM mendapatkan ampunan menjadi kurungan badan seumur hidup. Beberapa silam, Presiden juga memutuskan grasi bagi Schapelle Corby (ratu mariyuana Australia). Jika dibaca latar kebijakannya, motif politik menjadi pendorongnya. Dampaknya beberapa tahanan warga negara Indonesia dibebaskan dari terali besi di negeri Kanguru.

Selasa, 02 Oktober 2012

Rohis Bukan Teroris

Rumah Pensil Publisher

Dimuat di Republika Jogja, 2 Oktober 2012
Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Dua pekan terakhir media banyak menyorot ditangkapnya beberapa orang terduga teroris oleh Detasemen khusus (Densus 88) di Solo. Bombastisnya arus pemberitaan ini membuat televisi swasta nasional, menyimpulkan tanpa dasar pola rekrutmen teroris kini menyasar generasi muda melalui aktivitas rohis di sekolah. Sontak, aktivis rohis dan lembaga dakwah kampus pun menuntut Metro Tv untuk meminta maaf atas informasi salah tersebut. Ihwal ini membuat identitas umat muslim terusik dan selalu menjadi kambing hitam atas tindakan kekerasan yang dilakukan kalangan ekstremis yang salah menafsirkan makna jihad dalam kitab suci.

Sabtu, 08 September 2012

Puasa, Pemaaf, dan Peminta Maaf


Dimuat di Buletin RESOLUSI, September 2012
Oleh: Vivit Nur Arista Putra
Puasa seakan divisualisasikan memperlemah tubuh dengan lapar dan dahaga. Iklan di televisi mengatakannya dengan berbagai jargon produk makanan dan minuman. Maaf penulis sebut merk dagang seperti Okky Jelly Drink “penahan dan penunda rasa lapar”, Promaag “jika anda berpuasa mengalami gangguan pencernaan, minumlah Promaag”, atau Pocari Sweat dan Mizone yang gencar menawarkan minuman penambah hidrogen dan ion tubuh saat Ramadhan. Pengaruh media massa ini memengaruhi cara pandang setiap orang. Bahkan pemerintah daerah pun membuat kebijakan memangkas waktu kerja bagi PNS di bulan Ramadhan, masuk jam delapan dan pulang jam dua belas. Cara pandang tersebut memberikan kesimpulan seakan puasa menghambat progesifitas dan produktivitas kerja.