Oleh: Vivit Nur Arista Putra
Sebagai penuntut ilmu, kita patut berbangga ada banyak ulama
nusantara yang pernah menjadi pengajar dan imam di Masjidil Haram, Makkah.
Salah satunya Syekh Nawawi Al Bantani (1813-1897). Kitab beliau yang sangat
masyur di Pesantren adalah Nashaihul Ibad (Nasihat bagi Hamba). Pustaka ini
layak dibaca bagi kita yang merindukan nasihat sepanjang hayat.
Pada makalah ke tujuh, beliau mengutip pesan Umar bin Khatab
pada kita. Berkatalah Umar, "sesiapa yang banyak tertawa akan berkurang
wibawanya, siapa yang meremehkan sesama akan diremehkan yang lainnya, siapa
menekuni sesuatu akan dikenal sebagai ahlinya, siapa yang banyak bicara akan
banyak pula dosanya, siapa banyak dosa akan sedikit rasa malunya, siapa sedikit
malunya akan sedikit pula wara'nya, siapa sedikit wara'nya akan mati hatinya."
Mari kita urai satu per satu nasihat di muka.
1). Siapa banyak tertawa akan berkurang wibawanya.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw "jauhilah banyak tawa,
sebab akan mematikan hati dan memudarkan cahaya wajah (wibawa atau
martabat)." Maka jika kita kehilangan wibawa di mata orang. Suara kita
tidak akan didengar oleh orang lain. Sehingga sulit bagi kita menasihati anak
dan istri hingga tetangga atau kawan sebaya. Masuk telinga kanan, keluarga ke
telinga kiri.
Maka bagi orang yang begitu menjaga wibawanya. Kita akan sungkan
berlaku cela di hadapan mereka. Itulah kekuatan wibawa. Rasulullah bersabda
"canda tawa berpahala adalah antara suami pada istrinya." Ini
pertanda canda dan tawa tidak dilarang seutuhnya. Hanya saja kita diminta untuk
menguranginya, lalu menyibukkan diri dengan amal berpahala. Imam Al Mawardi
berujar "canda tawa itu permulaannya yang manis, namun akhirnya mengundang
permusuhan. Orang terhormat akan membencinya, sementara yang kurang akal akan
asyik dengannya." Semoga Allah menjaga muru'ah kita di mata sesama.
2). Siapa meremehkan sesama akan diremehkan yang lainnya.
Para salafus shalih memberi kaidah, "hendaknya kita
berhusnudzon pada sesama. Jika kita melihat orang tua, tanamkan dalam hati
mereka lebih banyak amalnya dibanding kita. Jika kita bertemu orang yang lebih
muda, lihatlah mereka sebagai manusia yang lebih sedikit dosanya dibanding
kita." Dengan demikian kita tidak memandang bahwa kita lebih baik dari
orang lain. Sebab perasaan itu, sering kali membawa kita meremehkan sesama.
Tetapi, sekali perasaan itu mengemuka, hukum karma akan menghampiri kita. Orang
lain akan merendahkan kita, entah kapan dan di mana.
3). Sesiapa menekuni sesuatu, kelak akan dikenal sebagai ahlinya
"Harga diri seseorang bergantung pada keahliannya"
tukas Ali bin Abi Thalib. Dari hobi menjadi profesi. Jika kita menggemari
sesuatu, tukunilah sampai menjadi pakarnya. Para motivator menyampaikan, butuh
waktu 10.000 jam hingga kita menjadi pakar. Maka carilah hobi yang memberi
maslahat bagi umat, menjadikannya sarana memberi manfaat.
Era digital ini, jika kita mempunyai hobi mengedit dan membuat
video. Kita bisa mengemas video ceramah ustad dan menyebarkannya ke media
sosial. Jika pandai menulis, mara rangkailah kata-kata indah, sehingga kebaikan
akan terwaris. Carilah hobi yang menjadi investasi pahala.
4). Siapa banyak bicara akan banyak pula dosanya.
Baginda Nabi menasihati, "sungguh orang yang paling banyak
dosanya di hari kiamat adalah yang paling banyak bicara hal yang sia-sia"
(H.R. ibnu Nashir). Pada hadis shahih, Rasulullah saw juga dikatakan
"siapa beriman pada Allah dan hari akhir, berkatalah baik atau diam."
Artinya Nabi Muhammad menjadikan lidah kita sebagai salah satu
parameter keimanan seseorang. Jika kita memakainya untuk berdzikir, berpetuah,
berdakwah. Itulah sebaik maslahah. Jika kita meracau tanpa arah, ghibah,
namimah, tiada hikmah, akan menjadi fitnah dan dosa yang melimpah. Kepada Allah
kami mohon ampun.
5). Siapa banyak dosanya akan sedikit rasa malunya
Mungkin itulah maksud sabda Nabi, "jikalau kau tak punya
rasa malu. Berbuatlah sesukamu." Orang yang keras hatinya akan berbuat
dosa terang-terangan tanpa rasa malu. Karena dia tak punya pegangan dan rasa
malu gagal meredam sikapnya. Padahal ahli hikmah berpetuah, "siapa ada
rasa malunya, maka aibnya tak akan terlihat manusia."
Rasa malu sistem kontrol dalam hati kita. Maka Nabi saw
menyampaikan, "rasa malu sebagian dari iman." Mari jaga rasa malu
kita, sebab itu adalah tanda orang mulia dan menghindarkan kita berbuat dosa.
6). Siapa sedikit rasa malunya akan sedikit pula wara'nya
Wara atau menahan diri dari sesuatu yang tidak pantas. Berupa
subhat, mudharat, atau maksiat. Maka orang yang hilang rasa malunya, pertanda
dia telah raib pula rasa wara'nya.
Padahal Rasulullah bersabda, “Diantara tanda kebaikan Islam seseorang adalah
meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.” Semoga di bulan Ramadhan ini kita
menyibukan diri dengan rutinitas berpahala.
7). Siapa yang sedikit
wara’nya akan mati hatinya
Orang yang tidak
hati-hati dengan subhat dan maksiat, pertanda hatinya telah mati. Bila hati
mati, maka dia tak pedulikan lagi halal haram, maslahat mudharat, hingga jernih
dan keruh. Maka jagalah hati jangan kau nodai. Jagalah hati lentera hidup ini.
Untuk mengukur
kebersihan hati, Usman bin Affan menjelaskan “jika hatimu bersih, engkau tak
akan bosan membaca Quran.” Mari periksa lagi hati kita, apakah ia mudah jemu
ketika membaca kitab itu. Sementara membaca buku lain begitu menggebu. Mari
pahami lagi kalbu kita, berapa lama merenungi firman Allah setiap harinya. Di
bulan Ramadhan, eratkan lagi interaksi dengan Al Quran.
Vivit Nur Arista Putra
Penulis Buku “Pecandu
Buku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar