Minggu, 24 Mei 2020

Buah-Buahan di Quran (Part 1 Kurma)


Pesan Ramadhan hari ke 10 1441 H/ 2020 M
Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Allah menguraikan suasana surga penuh aneka buah dan kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Seakan Allah menunjukkan pada kita, bahwa buah adalah makanan utama ahli surga. Tetapi buah pula yang sebabkan manusia keluar dari surga. Hidup di dunia, buah menjadi permintaan Rasulullah pada Allah. Berdoalah Ibrahim “Ya Rabb jadikan negeri (Makkah) ini aman dan berilah rezeki penduduknya berupa buah-buahan.” (Q.S. Al Baqarah: 126). Sebagian buah itu disebut dalam Al quran, agar manusia bisa merasakan dan mengambil pelajaran.


Rasulullah juga menjadikan buah-buahan sebagai perumpamaan setiap insan “pemisalan pembaca Qur’an dan pengamalannya serupa buah Utrujah, rasa dan baunya enak. Adapun mukmin yang tak baca Quran dan tidak mengamalkan, bagaikan kurma yang enak rasanya namun tak beraroma. Si munafik yang baca Quran seperti buah Royhanah, sedap baunya namun pahit rasanya. Dan munafik yang tak baca Quran ibarat buah Hanzholah, rasanya pahit dan baunya tak enak” (H.R. Bukhari, dari Abu Musa Al Asy’ari). Semoga ini menjadi pesan, agar erat berinteraksi dengan Quran lalu mengamalkan, sehingga rasa dan bau kita enak di mata khalayak.

Ada sekitar 60 ayat Quran tentang buah-buahan, sementara hanya 10 ayat yang membahas biji-bijian. Ini menunjukan buah adalah makanan utama, bukan pelengkap manusia. Maka salah jika kita menyajikannya sebagai hidangan penutup. Seyogianya kita menikmatinya sebagai menu pembuka. Beberapa buah ini sebagian digemari Nabi. Alangkah terpuji, kita mempelajari.


1). Kurma
Kurma adalah buah yang bisa dimakan dan diminum. Rasulullah menyantapnya saat sahur dan berbuka. Baginda juga meminum nabeez (rendaman kurma). Kita bisa merendam kurma dalam air setelah isya’ lalu meminumnya esok hari. Jangan sampai beberapa hari, karena jika terlalu lama rendaman kurma itu bisa menjadi khamer yang memabukan. Allah menyebut kurma di banyak ayat, salah satunya Q.S. Maryam: 25 “dan goyanglah pangkal pohon kurma, akan gugur kepadamu kurma yang masak.” 

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Amar bin Maimun menafsirkan ayat ini “tidak ada makanan yang lebih baik bagi ibu hamil dan melahirkan, selain kurma muda dan kurma masak.”
Aisyah berkomentar “Nabi saw biasa memakan semangka dengan kurma segar.” (H.R. Abu Daud). Ar Rubayyi’ binti Mu’awidz bin Afra berkata “aku pernah menemui Nabi membawa 1 qina’ (wadah terbuat dari anyaman daun kurma) berisi kurma segar dan qitstsa’ (mentimun) muda, lalu Nabi saw memberiku perhiasan sebanyak carukan penuh tangannya.” (H.R. Ahmad). Masyaallah, betapa mulianya Rasulullah.

Di kala waktu Rasulullah menasihati kita, “sesiapa yang memakan 7 biji kurma ajwa di pagi hari, akan terhindar dari racun dan sihir.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Alangkah lebih baik jika kita memakannya sebelum mengonsumsi menu lainnya. Rasulullah juga bersabda “tidak akan kelaparan yang rumahnya memiliki kurma.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Adakah di rumah saudara? Pada termin lain baginda Nabi mengumpamakan “sesungguhnya di antara pepohonan, ada satu pohon yang tidak gugur daunnya. Pohon ini seperti seorang muslim. Terangkan kepadaku, apa pohon itu?.” Lalu orang menerka pohon Wadhi. Abdullah berkisah, “terbesit dalam diriku itu pohon kurma, namun aku malu mengunkapkannya.” Lalu mereka berkata “Ya Rasulullah, pohon apakah itu?,” kemudian Rasulullah menjawab “itu adalah pohon kurma.” (H.R. Bukhari).

Ibnu Qayyim menjelaskan Rasulullah memberi umpama muslim serupa kurma ada faedahnya. Pertama, kurma akarnya kuat ke dasar tanah, maka iman seorang muslim juga harus demikian. Kedua, semua bagian kurma ada manfaatnya, buahnya dimakan dan diminum, batangnya untuk papan dan tiang, pelepahnya untuk atap rumah. Menjadi muslim seyogianya kita memberi manfaat pada orang lain. Semampu kita. Ketiga, kurma kuat diterpa angin dan berbagai cuaca, maka semoga kita juga kuat menjalani jeruji uji dalam kehidupan kita. Keempat, kurma tua-tua keladi, makin tua semakin jadi buahnya. Seperti itulah harusnya manusia, semakin tua semakin mulia. Semakin banyak pula amal terpujinya.

Bersambung…

Vivit Nur Arista Putra
Penulis Buku “Pecandu Buku”


Tidak ada komentar: