Pesan Ramadhan hari ke 10 1441 H/ 2020 M
Oleh: Vivit Nur Arista Putra
Allah menguraikan suasana surga penuh aneka buah dan kebun yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. Seakan Allah menunjukkan pada kita, bahwa
buah adalah makanan utama ahli surga. Tetapi buah pula yang sebabkan manusia
keluar dari surga. Hidup di dunia, buah menjadi permintaan Rasulullah pada
Allah. Berdoalah Ibrahim “Ya Rabb jadikan negeri (Makkah) ini aman dan berilah
rezeki penduduknya berupa buah-buahan.” (Q.S. Al Baqarah: 126). Sebagian buah
itu disebut dalam Al quran, agar manusia bisa merasakan dan mengambil
pelajaran.
Rasulullah juga menjadikan buah-buahan sebagai perumpamaan
setiap insan “pemisalan pembaca Qur’an dan pengamalannya serupa buah Utrujah,
rasa dan baunya enak. Adapun mukmin yang tak baca Quran dan tidak mengamalkan,
bagaikan kurma yang enak rasanya namun tak beraroma. Si munafik yang baca Quran
seperti buah Royhanah, sedap baunya namun pahit rasanya. Dan munafik yang tak
baca Quran ibarat buah Hanzholah, rasanya pahit dan baunya tak enak” (H.R.
Bukhari, dari Abu Musa Al Asy’ari). Semoga ini menjadi pesan, agar erat
berinteraksi dengan Quran lalu mengamalkan, sehingga rasa dan bau kita enak di
mata khalayak.
Ada sekitar 60 ayat Quran tentang buah-buahan, sementara hanya
10 ayat yang membahas biji-bijian. Ini menunjukan buah adalah makanan utama,
bukan pelengkap manusia. Maka salah jika kita menyajikannya sebagai hidangan
penutup. Seyogianya kita menikmatinya sebagai menu pembuka. Beberapa buah ini
sebagian digemari Nabi. Alangkah terpuji, kita mempelajari.
1). Kurma
Kurma adalah buah yang bisa dimakan dan diminum. Rasulullah
menyantapnya saat sahur dan berbuka. Baginda juga meminum nabeez (rendaman
kurma). Kita bisa merendam kurma dalam air setelah isya’ lalu meminumnya esok
hari. Jangan sampai beberapa hari, karena jika terlalu lama rendaman kurma itu
bisa menjadi khamer yang memabukan. Allah menyebut kurma di banyak ayat, salah
satunya Q.S. Maryam: 25 “dan goyanglah pangkal pohon kurma, akan gugur kepadamu
kurma yang masak.”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Amar bin Maimun menafsirkan ayat
ini “tidak ada makanan yang lebih baik bagi ibu hamil dan melahirkan, selain
kurma muda dan kurma masak.”
Aisyah berkomentar “Nabi saw biasa memakan semangka dengan kurma
segar.” (H.R. Abu Daud). Ar Rubayyi’ binti Mu’awidz bin Afra berkata “aku
pernah menemui Nabi membawa 1 qina’ (wadah terbuat dari anyaman daun kurma)
berisi kurma segar dan qitstsa’ (mentimun) muda, lalu Nabi saw memberiku
perhiasan sebanyak carukan penuh tangannya.” (H.R. Ahmad). Masyaallah, betapa
mulianya Rasulullah.
Di kala waktu Rasulullah menasihati kita, “sesiapa yang memakan
7 biji kurma ajwa di pagi hari, akan terhindar dari racun dan sihir.” (H.R.
Bukhari dan Muslim). Alangkah lebih baik jika kita memakannya sebelum
mengonsumsi menu lainnya. Rasulullah juga bersabda “tidak akan kelaparan yang
rumahnya memiliki kurma.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Adakah di rumah saudara? Pada termin lain baginda Nabi mengumpamakan “sesungguhnya di
antara pepohonan, ada satu pohon yang tidak gugur daunnya. Pohon ini seperti
seorang muslim. Terangkan kepadaku, apa pohon itu?.” Lalu orang menerka pohon
Wadhi. Abdullah berkisah, “terbesit dalam diriku itu pohon kurma, namun aku
malu mengunkapkannya.” Lalu mereka berkata “Ya Rasulullah, pohon apakah itu?,”
kemudian Rasulullah menjawab “itu adalah pohon kurma.” (H.R. Bukhari).
Ibnu Qayyim menjelaskan Rasulullah memberi umpama muslim serupa
kurma ada faedahnya. Pertama, kurma akarnya kuat ke dasar tanah, maka iman
seorang muslim juga harus demikian. Kedua, semua bagian kurma ada manfaatnya,
buahnya dimakan dan diminum, batangnya untuk papan dan tiang, pelepahnya untuk
atap rumah. Menjadi muslim seyogianya kita memberi manfaat pada orang lain.
Semampu kita. Ketiga, kurma kuat diterpa angin dan berbagai cuaca, maka semoga
kita juga kuat menjalani jeruji uji dalam kehidupan kita. Keempat, kurma
tua-tua keladi, makin tua semakin jadi buahnya. Seperti itulah harusnya
manusia, semakin tua semakin mulia. Semakin banyak pula amal terpujinya.
Bersambung…
Vivit Nur Arista Putra
Penulis Buku “Pecandu Buku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar