Minggu, 24 Mei 2020

Buah-Buahan di Quran (Part 2 Tin dan Zaitun)


Pesan Ramadhan hari ke 11 1441 H/ 2020 M
Oleh: Vivit Nur Arista Putra



2). Buah Tin dan Zaitun
“Demi buah Tin dan zaitun” (Q.S. At Tin:1). Para mufasirin mengatakan, jika Allah bersumpah pada makhluknya, artinya ciptaannya itu memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada ayat di atas Allah bersumpah pada dua buah dan menjadikan salah satu buah itu menjadi nama surat dalam Al Quran. Artinya dua buah tersebut diberkati dan manusia bisa menuai banyak manfaatnya.


Hisyam Talbah dan Syarif Hade Masyah dalam Ensiklopedi Mukjizat Al Quran dan Hadis, menguraikan pohon Tin banyak terdapat di timur tengah. Bila matang berwarna coklat, berbiji seperti tomat, dan manis memikat. Dipercaya menghilangkan kencing batu dan ambeien (wasir). Tinggi pohonnya bisa mencapai 10 meter dengan usia harapan hidup 50 – 70 tahun. Daunnya lebar dan tebal. Inilah sebabnya dalam Tafsir Al Maragi disebutkan, pohon Tin adalah tempat bernaung Adam dan Hawa di surga dan menutupi tubuh mereka dengan daunnya. “keduanya menutupinya dengan daun-daun surga” (Q.S. Al A’raf: 22).

Abu Dzar bercerita, “aku memberi hadiah kepada Nabi saw sekeranjang buah Tin, lalu beliau bersabda, “makanlah.” Sesaat kemudian beliau melanjutkan, “jika aku katakan sesungguhnya buah yang turun dari surga maka inilah dia, karena buah di surga tidak berbiji. Maka makanlah kalian, karena buah itu mencegah bawasir dan berguna bagi naqris (sejenis penyakit tulang).” (H.R. At Thabrani, hadis hasan).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip pendapat lain tentang Tin. Ibnu Abbas mengatakan Tin adalah masjid Nabi Nuh yang dibangun di bukit Judi. Ibnu Zaid menyebut Tin adalah masjid di Damaskus dan Zaitun adalah Baitul Maqdis. Muhammad bin Ka’ab mengungkap Tin adalah masjidnya Ashabul Kahfi dan Zaitun adalah Eilia. Imam Al Quthubi memiliki opini sendiri, Tin adalah buah yang dimakan dan Zaitun adalah buah yang diperas menjadi minyak. Itulah yang dikenal masyarakat Arab.

Meski hanya disebut sekali dalam firman Ilahi, tetapi manfaat buah Tin banyak sekali. Ensiklopedia Sains Islam mengungkapkan, kandungan kalium dan kalsium buah Tin mencegah pengeroposan tulang (osteoporosis), mengurangi resiko kanker prostat dan merawat kulit, daunnya mengandung alkaloid dan saponin sebagai peluruh batu ginjal, rebusan daunnya juga membantu penderita diabetes, tingginya kandungan serat bisa dimakan untuk menurunkan berat badan, dan menurunkan tekanan darah tinggi dan jantung koroner.

Adapun Zaitun bentuknya seperti anggur tapi lebih oval berwarna hijau dan ungu. Allah menuntun “Dan pohon kayu keluar dari Thursina (Zaitun), yang menghasilan minyak, dan pelezat makanan bagi orang-orang yang makan” (Q.S. Al Mu’minun: 20). Ibnu Katsir menyebut Tur artinya bukit. Sebuah bukit dinamakan Tur jika terdapat pepohonan dan pohon itu adalah Zaitun. Kemudian Allah menerangkan, pohon itu menghasilkan minyak yang berfungsi sebagai pelengkap makanan. Maka Rasulullah bersabda “jadikan Zaitun sebagai makanan dan berminyaklah dengannya, karena sesungguhnya buah Zaitun itu berasal dari pohon yang diberkati” (H.R. Tirmidzi, dari Umar). Dikisahkan pula Umar bin Khatab menjamu tamu dengan masakan kepala unta dan minyak Zaitun.

Letak pohon ini Allah uraikan “…pohon Zaitun tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, meski tak disentuh api. Cahaya di atas cahaya…” (Q.S. An Nur: 35). Ibnu Katsir berkomentar, Zaitun tumbuh di daerah pertengahan yang selalu terkena sinar mentari sejak pagi hingga petang hari. Sehingga minyaknya jernih dan berkilauan tak terperi. Menjadi “cahaya di atas cahaya” yaitu cahaya api dan cahaya minyak Zaitun. “Maksudnya adalah cahaya iman seorang hamba dan amalnya” tukas Ibnu Abbas. Di satu sisi Ubay bin Ka’ab menambahi, “mukmin itu bergelimang atas lima cahaya; ucapannya adalah cahaya, amalnya adalah cahaya, tempat masuknya adalah cahaya, tempat keluarnya adalah cahaya, dan tempat kembali ke surga diterangi cahaya.” Semoga kita menjadi pribadi bercahaya, menerangi kebaikan pada sesama.

Bersambung…

Vivit Nur Arista Putra
Penulis Buku “Pecandu Buku”


Tidak ada komentar: