Pesan Ramadhan hari ke 9 1441 H/ 2020 M
Oleh: Vivit Nur Arista Putra
Mari kita lanjutkan pembahasan menjaga ritme menulis. Kawan,
teladani penjaga agama ini. Al Baqillani tidak tidur sebelum menulis 35 lembar
dari hafalannya. Khatib Al Baghdadi menyebutkan “As Simsimi bercerita Imam At
Thabari selama 40 tahun menulis 40 lembar per harinya.” Bandingkan dengan si
dha’if yang mericau ini, semasa kuliah hanya mematok target 4 tulisan harus
dimuat di media per bulannya. Dengan sedangkal pengetahuan yang dimiliki, itu
pun masih berorientasi materi tuk penuhi kebutuhan studi. Sampai kini yang
membual ini masih belajar luruskan niat, jadikan menulis alat berbagi manfaat.
Ketiga, bergabung dengan komunitas menulis atau membuatnya. Aura
penulis akan memengaruhi orang-orang di dalamnya. Medium berbincang di saat ide
gersang. Wahana koreksi tuk perbaiki tulisan antar pribadi. Sekaligus
menjadikan komunitas sebagai ruang kaderisasi dan pelatihan penulis, agar tetap
lestari tradisi literasi.
Keempat, meresensi buku setelah membacanya. Langkah ini dapat
dilakukan untuk mengasah dan mengukur otak seberapa matang mencerna isi buku
setelah dibaca. Sebab, “setengah jam setelah membaca” terang Dr. Raghib As
Sirjani, “50% isi buku akan hilang dari ingatan pembaca. Setelah 24 jam
berlalu, pembaca akan melupakan 80% isi buku. Maka tulislah untuk menjaganya.”
Selain itu, biasanya seorang pengarang tak percaya diri menulis topik di luar
disiplin ilmunya. Maka menulis resensi buku dapat menjadi alternatif, sebab
apapun genre bukunya dan siapapun penulisnya cenderung dapat diterima publik
dan redaktur jika dikirim ke media massa.
Kelima, cukuplah firman Allah ini menjadi pelecut semangat terus
menulis. Abu Hurairah berkisah, kalau saja tidak ada dua ayat dalam Al Qur’an
ini, niscaya saya takkan sampaikan hadist yang telah diterima. “Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan
dan petunjuk, sesudah kami terangkan kepada mereka dalam Al kitab. Mereka akan
dilaknat oleh Allah dan orang-orang yang menjatuhkan laknat. Kecuali orang yang
bertaubat, memperbaiki diri dan membuktikannya. Merekalah yang aku terima
taubatnya. Dan Aku maha penerima taubat dan maha penyayang” (Al Baqarah:
159-160).
Imam At Thabari mengomentari walaupun ayat ini diturunkan kepada
kalangan tertentu (Yahudi dan Nasrani), namun maksudnya seluruh orang yang
merahasiakan ilmu diwajibkan Allah untuk menyampaikan. Serupa kabar dari Nabi
saw “sesiapa ditanya tentang ilmu yang ia ketahui lalu menyembunyikannya, maka
ia akan dibelenggu di neraka kelak” (H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad). Bersandar
lisan, ilmu dapat lenyap dalam sekejap. Berharap dengan menulis, warisan ilmu
dapat tergaris. Dalam seputih kertas, teruntuk generasi pewaris.
Sehelai kertas seputih salju berkata, tulis Khalil Gibran dalam
puisinya. “Begitu murni aku diciptakan, dan akan murnilah aku selamanya. Aku
lebih baik terbakar dan menjadi abu putih daripada tersentuh kegelapan atau
terkena kotoran.” Sebotol tinta mendengar ucapan kertas itu, dan dia tertawa
dalam hatinya yang gelap; namun tetap tak berani mendekatinya. Dan
pensil-pensil warna pun mendengarnya, dan mereka tak pernah mendekatinya jua.
Dan kertas seputih salju itu pun tetap bersih dan suci selamanya, murni,
bersih, dan kosong. Gibran ingin katakan jika kertas putih bisa bicara, ia tak rela
jika di atasnya tercoret pena terlaknat. Begitupun seyogianya manusia, tak
relakan goreskan kata dusta. Memicu laknat di dunia dan akhirat, mengundang
maksiat antar pribadi dan masyarakat.
Renungilah cerita ini, Abu Musa Al Asyari pernah bertanya pada
Nabi saw, “Ya Rasulullah seperti apa seorang muslim yang utama?” Baginda Nabi
saw menanggapi “muslim yang menyelamatkan muslim lainnya dari lisan dan
tangannya” (H.R. Bukhari dan Muslim). Agar selamat dari lisan, berkatalah baik
atau diam. Agar selamat dari tangan, kendalikan diri dengan aktivitas berarti.
Bisa juga dimaknai, dengan tangan tuliskan kebenaran, eratkan persaudaraan, dan
hapuskan permusuhan. Menentramkan, menyelamatkan.
Vivit Nur Arista Putra
Penulis Buku “Pecandu Buku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar