Minggu, 24 Mei 2020

Hikayat Singkat Quran Tercatat (Part 2)
















Pesan Ramadhan hari ke 20 1441 H/ 2020 M
Oleh: Vivit Nur Arista Putra

Setelah penulisan Al Qur’an rampung sesuai dengan dialek Quraisy, Ustman mengembalikan Al Qur’an yang ditulis di era Abu Bakar kepada Hafshah dan mengirimkan lima mushaf Ustmani ke wilayah negeri Islam lainnya serta meminta kepada sahabat yang mempunyai catatan mushaf lainnya untuk dibakar. Hal ini dilakukan agar tidak ada perbedaan lagi dalam membaca Al Qur’an dan generasi selanjutnya dapat menggunakan Al Qur’an berbahasa arab Quraisy yang disebut dengan mushaf Ustmani.


Seorang pengelana Islam pada awal abad ke 14, Ibnu Bathutah dalam memoar pengembaraannya Tuhfah An Nuzhar fi Gharaibil Amshar wa Ajaibil Asfar (Hadiah Berharga dari Pengalaman Menyaksikan Negeri-negeri Asing dan Menjalani Perjalanan-perjalanan Ajaib) atau masyur dengan buku Rihlah Ibnu Bathutah berkisah, ketika ia singgah di kota Bashrah, Irak, ia melaksanakan sholat Jum’at di Masjid Ali bin Abi Thalib. Masjid ini merupakan rumah Allah terbaik di Bashrah, bangunannya luas dan memiliki karpet merah terbaik yang khusus di datangkan dari lembah Wadi Siba’. Di dalamnya terdapat mushaf Al Qur’an yang dipernah dibaca Ustman bin Affan saat kawanan pemberontak mengepung rumahnya dan membunuhnya. Ibnu Bathutah melihat bekas darah Ustman masih melekat pada halaman mushaf tepat pada tulisan ayat “maka jika mereka telah beriman sesuai yang kau imani, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka dalam permusuhan (denganmu), maka Allah mencukupkan engkau dengan mereka. Dan Dia maha mendengar, lagi maha mengetahui” (Al Baqarah: 137).

Para Nabi diberi mukjizat Allah sesuai dengan tantangan zamannya. Karena Allah ingin menutup para Nabi, maka Allah memberi mukjizat Nabi terakhir Muhammad saw berupa kata-kata yakni Al Qur’an. Mukjizat Rasulullah ini bukanlah bahtera layaknya Nabi Nuh, bukan berupa unta betina yang diterima Nabi Shaleh, tidak juga tongkat sakti yang dipegang Musa. Tetapi karunia Allah tersebut berbentuk kata-kata agar mudah dipelajari dan diwarisi umat-umat setelahnya. 

Para ulama menghitung jumlah kalimaatul Qur’an (kata-kata dalam Al Qur’an) sebanyak 77.934 kata, ada pula yang berkata berjumlah 77.437 kata, dan pendapat lainnya menyimpulkan 77.277 kata. Perbedaan pendapat dalam menghitung kata ini karena pemahaman setiap ulama berbeda dalam memaknai haqiqat, majaz, lafadz, dan rasm. Adapun jumlah hurufnya menurut Umar bin Khatab “Al Qur’an itu terdiri dari satu juta huruf, sesiapa membacanya dengan sabar dan mencari ridha Allah, pada setiap huruf ada istri dari bidadari” (Hadist ini marfu’ dari Imam Ath Thabrani).

Pembahasan mengenai jumlah huruf dan ayat dalam Al Qur’an ini para ulama ada yang menganggap penting dan tidak terlalu penting. Tetapi menurut Imam As Suyuthi, pembahasan ini memiliki relevansi dengan hadist Nabi yang mengaitkan bacaan setiap huruf Al Qur’an dengan nominal kebajikan. Ibnu Masud meriwayatkan, Nabi bersabda “Sesiapa membaca satu huruf kitab Allah maka baginya ada kebajikan dan sepuluh kebajikan yang serupa dengannya (maksudnya dilipat gandakan). Aku tidak mengatakan bahwa alif, laam, miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf " (H.R. Tirmidzi).

Penghitungan jumlah ayatnya Imam As Suyuthi mengambil pendapat Imam ad Dhani “para ulama bersepakat bahwa jumlah ayat-ayat Al Qur’an 6000 dan mereka berbeda pendapat tentang jumlah selebihnya. Sebagian ada yang tidak menambah dan sebagian lainnya ada yang menambah 204 ayat”. Ada pula yang menambah 14 ayat, 19 ayat, 25 ayat, bahkan 36 ayat. Adapun pendapat umum orang yaitu 6666 ayat, ada kemungkinan mereka keliru dalam memahami pendapat Abdullah bin Abbas. Al Qur’an ini ada 6000 ayat isinya kisah, 600 ayat berupa tanda-tanda kebesaran Allah, 60 ayat tentang aturan muamalah, dan 6 ayat hukum hudud. 

Maksud atsar yang diriwayatkan Sa’id bin Jubair ini bukan dijumlahkan, sebab ada ayat-ayat yang beririsan dan berkombinasi dengan ayat yang lain. Pada halaman tertentu ada ayat yang berisi kisah, muamalah, tanda kebesaran Allah, dan hukum sekaligus, namun pada ayat lainnya hanya terdiri dari muamalah dan kebesaran Allah, atau di ayat lain hanya membicarakan satu bab saja yaitu kisah. Demikian maksud Ibnu Abbas.

Selain itu, para ulama juga ada yang menganggap basmallah sebagai ayat dan ada yang tidak. Mengenai jumlah suratnya ada yang menulis 113 dengan menjadikan At Taubah dan Al Anfaal satu surat. Namun jumhur ulama berpendapat 114 surat dan 6236 ayat. Waallahualam bishawab.

Teringat pesan Utsman “jika hatimu bersih, engkau tak akan bosan membaca Al Qur’an.” Semoga kita bisa membaca dan mentadaburi Qur’an setiap saatnya dan terwujud dalam kelakuan kita.


Vivit Nur Arista Putra
Penulis Buku “Pecandu Buku”

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima kasih Mas.Sangat bermanfaat..

Vivit Nur Arista Putra mengatakan...

Ya Kak, bisa dishare ke saudara lainnya ya.. Terima kasih..